Jakarta - Bunga, sebut saja begitu namanya, sebelumnya tak pernah membayangkan akan menjadi pekerja seks komersil (PSK) di usia belia. Pada 25 Agustus nanti, dara manis yang masih mengenyam pendidikan D3 di sebuah kampus swasta di kawasan Kebon Sirih ini genap berusia 20 tahun. Penampilannya boleh dibilang sopan, bahkan terlihat anggun. Tapi siapa sangka kalau gadis berambut sebahu dan dicat warna tembaga ini sudah malang melintang di dunia esek-esek sejak masih duduk di bangku SMA. Selama hampir 4 tahun terjun ke dunia hitam, selama itu juga dia sudah tidur dengan puluhan laki-laki. Kebiasaan keluar malam atau yang biasa disebut dugem, sudah menjadi kesehariannya seperti saat dia pergi kuliah. Orangtuanya pun tak mengetahui kebiasaan putri keduanya ini, lantaran mereka memang tinggal di Manado. "Awal datang ke Jakarta sih ikut om, tapi sekarang udah kost semenjak kuliah," kata Bunga ketika bercerita banyak kepada detikcom di sebuah tempat dugem terkenal di Jakarta Selatan. Bunga menekuni dunia hitam dengan alasan klise, butuh uang buat biaya sekolah dan untuk hura-hura. Tak ada rasa penyesalan sedikit pun dari cewek manis yang pernah menjadi penari telanjang atau yang lebih dikenal sebagai striptise di sebuah tempat hiburan di bilangan Jakarta Selatan ini. Tapi profesi sebagai striptise hanya dijalaninya selama satu bulan saja. Alasannya simpel, kerjanya capek hasil tak seberapa, karena harus berbagi pendapatan dengan pihak pengelola tempat hiburan. Kini dia hanya menekuni profesinya sebagai PSK dengan berbekal kemolekan tubuh dan paras ayunya. Bunga tidak sendiri dalam menjalankan profesinya. Dia punya seorang germo yang mengurusi segala keperluannya. Bahkan sang mucikari ini disebut Bunga sebagai asisten pribadi. "Gimana nggak, semuanya dia urusin, termasuk cari baju, ke salon, beli sepatu atau yang lainnya," ungkap gadis yang mengaku punya hobi bermain biliard ini. Bunga memang agak berbeda dengan model PSK lainnya, yang jika datang ke diskotek ataupun kafe untuk mencari lelaki hidung belang. Saat datang ke tempat klubing, Bunga memang cuma punya keinginan untuk having fun dan bukan mencari rezeki. Soal urusan duit, dia sudah punya sang mucikari yang siap mencari pria berkantong tebal untuknya. Bunga dan teman-teman seprofesinya menyebutnya dengan "sex delivery order". Jika ada pria butuh kehangatan, tinggal telepon sang mucikari. Sang germo pun akan membawa beberapa cewek cantik untuk dihadapkan kepada calon konsumennya. Biasanya tidak akan lebih dari 3 cewek yang dibawa.Tak jadi soal kalau pria yang akan mengencaninya itu tidak memilihnya. "Bukan rezeki kali," kata dia sambil tertawa terkekeh, ketika detikcom membawanya pulang ke rumah kostnya, di kawasan Mampang Prapatan. Tapi tak jarang ada pria yang memang punya keinginan untuk tidak main hanya dengan satu perempuan saja. Perilaku seks yang menyimpang ini biasa disebut dengan "threesome". Tapi untuk ajakan seperti ini, Bunga masih harus berpikir seribu kali untuk melakukannya. Dia merasa risih saja, dan melihat hal ini sebagai suatu yang aneh. "Huh, gak deh kalau yang gitu-gituan," katanya. Namun dia tidak memungkiri jika ada rekan-rekannya yang mau melakukan itu. Tapi biasanya, untuk yang seperti ini bayarannya tentu akan lebih mahal. Bagi yang tak terbiasa perilaku seks seperti ini memang agak aneh. Tapi bagi sebagian lelaki hidung belang, ada fantasi tersendiri melakukan transaksi seksual dengan perempuan lebih dari satu. Untuk soal bisnis yang satu ini, mereka cukup selektif dan hanya mau bertemu dengan lelaki hidung belang di hotel saja. Hotelnya pun tidak mau yang murahan, paling tidak minimal bintang satu. "Ya ini buat jaga-jaga aja, orang banyak duit kan gak mungkin mau di hotel yang murah," kata Bunga. Pengakuan Bunga, lelaki hidung belang yang biasa "memakainya" pun dari berbagai kalangan. Ada pengusaha, pejabat dan juga kalangan eksekutif muda. Bunga sempat menyebut langganannya adalah seorang pejabat yang wajahnya sempat dia lihat di televisi. Bahkan artis pun pernah dikencaninya. Tapi sayang dia sama sekali enggan menyebutkan nama-nama orang terkenal yang pernah tidur dengannya. Entah benar atau tidak pengakuannya, wallahu alam. Bicara soal tarif, Bunga tidak dapat menentukan sendiri. Dia pasti minta pertimbangan dengan sang germo yang dianggapnya sudah seperti saudaranya sendiri. Untuk short time Bunga mematoknya dengan harga Rp 750 ribu. Sedangkan untuk tarif semalam bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. Tapi angka itu tidak pasti, karena memang tergantung bagaimana proses tawar menawarnya. Hasil kerjanya selama menjadi PSK cukup lumayan. Orangtuanya di Manado sana kerap dikiriminya uang hampir setiap bulan, bahkan setiap bulan pernah beberapa kali dia mentransfernya. Tapi itu semua setelah kebutuhan untuknya seperti biaya kuliah, kost dan membeli keperluan pakaian dan kosmetik telah dipenuhinya. Orangtuanya pun tak pernah curiga, bagaimana dirinya berjuang mempertahankan hidup di kota metropolitan ini. "Mereka cuma tahu, gue kerja dan kuliah juga," ungkap Bunga. Memang Bunga sebelumnya sempat menjadi sales promotion girl(SPG). Tapi karena pendapatannya menjadi SPG tak seimbang dengan kebutuhan hidupnya, akhirnya dia melepas pekerjaannya itu. Bunga mengaku sempat dekat dengan seorang pria teman kuliahnya, tapi dia harus kecewa dengan pacarnya itu. Dia harus bubaran karena pacarnya kepergok selingkuh dengan temannya. Akhirnya dia harus bubaran walaupun dia mengaku sudah berkorban banyak buat pacarnya itu, termasuk dalam hal finansial. Dara manis yang saat ini masih menjomlo, sempat juga melontarkan kegelisahannya sampai kapan dia akan menjalani hidup seperti ini. Sesekali dia pernah mencoba berhenti dari dunia gelap. Tapi lantaran terbiasa pegang uang banyak, akhirnya dia kembali lagi harus rela ditiduri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. "Ya gak tau juga ya. Udah kayak nyandu juga sih," ungkap Bunga menutup pembicaraan ketika detikcom telah sampai ke rumah kostnya Semua Serba Ada Ressy, begitu panggilan akrabnya. Terjun ke dunia esek-esek ini sudah sejak lama. Dulu Ressy memang pernah bekerja sebagai PSK. Namun kini dia hanya menjadi mami atau induk semang dari anak buahnya. Kalau bicara soal manajemen pemasaran dan membentuk networking mungkin dia jagonya. Soalnya, langganannya cukup banyak dan bahkan dia sesekali menolak keinginan pelanggan karena memang keterbatasan anak buahnya. Layaknya sebuah Toserba, Ressy hampir bisa memenuhi semua keinginan sang pelanggan. Mau yang masih ABG, pelajar SMU, mahasiswa bahkan yang impor pun bisa dia sediakan. Tergantung permintaan saja. Namun untuk yang impor dia harus mengontak germo lainnya, yang memang punya banyak stok perempuan impor, dari Cina, Thailand ataupun Uzbekhistan. Tentu saja untuk kelas ini bayarannya cukup lumayan bisa Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Untuk melancarkan "barang dagangannya" Ressy sempat pernah memasang iklan di koran. Iklan biasanya dipasang dengan berkedok terima pelayanan pijat panggilan. Tapi dalam iklan itu dijelaskan sang pengiklan, menyediakan ABG, mahasiswa ataupun impor. Tapi cara seperti ini sepertinya tidak efektif. Karena biasanya calon konsumen jarang serius, dan tak jarang hanya untuk main-main saja. Mereka kebanyakan hanya ingin tahu berapa tarifnya saja. Tapi pernah juga sang germo ditipu, karena ketika dibawa ke sebuah hotel ternyata calon konsumennya tidak ada atau tidak pernah menginap di situ. Tapi saat ini, hal seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi. Selain, pihaknya hanya percaya dengan rekomendasi dari kenalan atau langganannya, dirinya juga bekerja sama dengan pihak pengelola hotel. Dengan cara ini, Ressy akan mendapatkan informasi yang valid soal calon pelanggannnya.
Sumber : detik
Sumber : detik
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas komentarnya.